Konsistensi
Historis-Astronomis Kalender Hijriyah
Kalender hijriyah ditetapkan pada masa kekhalifahan Umar bin Khathab, 17
tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW. Keputusan itu muncul setelah dijumpai
kesulitan mengidentifikasikan dokumen yang tak bertahun. Hijrah Rasulullah
akhirnya sepakat dipilih dari sekian usulan alternatif acuan tahun Islam,
karena saat itulah titik awal membangun masyarakat Islami.
Akurasi penghitungan mundur untuk menetapkan awal tahun hijriyah dan peristiwa-peristiwa
penting lainnya sepenuhnya bergantung pada ingatan banyak orang. Secara
hitungan berskala besar, seperti tahun, kemungkinan kesalahannya relatif kecil.
Mungkin sekian banyak orang masih ingat suatu peristiwa terjadi tahun ke berapa
sesudah atau sebelum Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah. Tetapi hitungan
rinci sampai tanggal atau bulan, kemungkinan kesalahannya lebih besar.
Riwayat kronologis kehidupan Rasulullah yang menyatakan tentang hari
atau musim merupakan alat uji terbaik dalam analisis konsistensi
historis-astronomisnya. Urutan hari tidak pernah berubah dan berisifat
universal. Pencocokan musim diketahui dengan melakukan konversi sistem kalender
hijriyah ke sistem kalender masehi. Program komputer sederhana konversi
kalender Hijriyah-Masehi yang saya buat digunakan sebagai pendekatan awal yang
praktis dalam merekonstruksi kronologi kejadian penting dalam kehidupan
Rasulullah.
Analisis konsistensi kronologi sejarah dengan pendekatan astronomi
menunjukkan bahwa sistem kalender hijriyah juga baik untuk menelusur kejadian
sebelum hijrah. Walaupun bilangan nol belum dikenal saat itu, sistem kalender
hijriyah ternyata telah memperkenalkan konsep tahun nol. Saat Rasul hijrah
dianggap sebagai tahun nol, karena angka tahun menyatakan sekian tahun setelah
Rasul hijrah.
Konsep tahun nol seperti itu tidak dikenal dalam sistem kalender Masehi
sehingga menimbulkan polemik tentang kapan awal abad 21 atau milenium ke tiga
(tahun 2000 atau 2001). Dengan konsep tahun nol pada tahun Hijriyah, umat Islam
secara tepat dapat menyatakan tahun 1400 lalu sebagai awal abad 15 hijriyah,
yang disebut sebagai abad kebangkitan Islam.
Rekonstruksi Kronologis
Dalam sebuah hadits sahih tentang puasa hari Senin, Rasulullah SAW
menyatakan bahwa hari itu (Senin) dilahirkan, diutus menjadi Rasul, dan
diturunkan Alquran pertama kalinya (HR Muslim). Jabir dan Ibnu Abbas
berpendapat Rasulullah SAW dilahirkan malam Senin 12 Rabiulawal, pada hari dan
tanggal itu beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul, di miþrajkan ke langit,
hijrah ke Madinah, dan wafat.
Beragam informasi dijumpai di buku-buku tarikh tentang kejadian-kejadian
itu. Haekal menyatakan tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW saja terdapat
berbagai pendapat. Ada
yang menyatakan lahir pada tanggal 2, 8, 9, atau 12. Bulannya pun beragam:
Muharam, Shafar, Rabiþulawal, Rajab, atau Ramadhan. Tahunnya: tahun Gajah, 15
tahun sebelum tahun Gajah, 30 tahun setelah tahun Gajah, atau 70 tahun setelah
tahun Gajah. Namun kebanyakan pendapat menyatakan Rasulullah SAW dilahirkan
pada hari Senin 12 Rabiþulawal tahun Gajah.
Tahun Gajah adalah saat Abraha dan pasukan bergajahnya berniat
menghancurkan Ka’bah, tetapi digagalkan Allah. Hal itu terjadi 53 tahun sebelum
hijrah (secara matematis-astronomis dapat dinyatakan sebagai tahun þ53 H).
Sehingga saat kelahiran Nabi tersebut bertepatan dengan hari Senin 5 Mei 570 M.
Kapankah tepatnya pengangkatan beliau menjadi Rasul? Tahun kejadiannya umumnya
bersepakat pada saat Nabi berumur 41 tahun, atau tahun Gajah ke-41 (tahun -13 H).
Hanya tentang tanggal dan bulannya tidak ada kesepakatan. Menurut Jabir dan
Ibnu Abbas tersebut di atas, hal itu terjadi pada hari Senin 12 Rabi'ulawal.
Itu bertepatan dengan Senin 24 Februari 609 M.
Pendapat lainnya menyatakan terjadi pada 17 Ramadhan berdasarkan isyarat
pada QS 8:41 bahwa Alquran diturunkan pada hari Furqan, hari bertemunya dua
pasukan yang ditafsirkan sebagai saat perang Badar 17 Ramadhan. Isyarat lainnya
ada pada QS 2:185 bahwa Alquran diturunkan pada bulan Ramadhan. Bila harinya
mengacu pada hadits Muslim serta pendapat Jabir dan Ibnu Abbas, maka 17
Ramadhan -13 H tersebut bertepatan dengan hari Senin 25 Agustus 609 M.
Hasbi Ash Shiddieqy dalam pengantar Tafsir Al Bayaan menyatakan ayat
nubuwah (pengangkatan sebagai Nabi) pertama kali turun pada bulan Rabi'ulawal
dengan 5 ayat pertama surat
Al Alaq. Kemudian ayat risalah (pengangkatan sebagai Rasul) turun pada 17
Ramadhan dengan beberapa ayat awal surat
Al Muddatstsir. Riwayat menyatakan bahwa baik saat menerima ayat nubuwah maupun
ayat risalah, Rasulullah SAW meminta Sitti Khadijah menyelimuti beliau.
Pendapat mana pun yang diambil, kenyataan pada saat musim panas bulan Agustus
Rasulullah SAW minta diselimuti, menunjukkan betapa hebatnya ketakutan
manusiawi beliau hingga beliau menggigil.
Peristiwa Israþ Mi’raj saat mulai diwajibkannya shalat lima waktu pun tidak ada kesepakatan kapan
terjadinya. Sebagian besar mengikuti pendapat Ibnu Katsir dari riwayat yang
tidak sahih isnadnya, bahwa Israþ miþraj terjadi pada 27 Rajab þ1 H (satu tahun
sebelum Hijrah). Itu berarti terjadi pada hari Rabu 15 Oktober 620. Tetapi bila
mengikuti pendapat Jabir dan Ibnu Abbas bahwa Israþ Miþraj terjadi pada hari
Senin 12 Rabiþulawal, berarti terjadi pada 12 Rabiulþawal þ3 H (tiga tahun
sebelum Hijrah) yang bertepatan dengan Senin 6 November 618.
Peristiwa Hijrah Rasulullah SAW terjadi pada bulan Rabiþulawal tahun 13
Bi’tsah (13 tahun setelah pengangkatan sebagai Rasul). Berangkat pada 2
Rabiþilawal dan tiba pada 12 Rabiþulawal. Saat tiba di Madinah 12 Rabi’ulawal 0
H bertepatan dengan hari Senin, 5 Oktober 621. Ini sesuai dengan pendapat Jabir
dan Ibnu Abbas bahwa hainya Senin. Beberapa penulis riwayat Rasulullah SAW
merancukan saat hijrah tersebut dengantahun baru hijriyah pertama. Haekal dan
Al Hamid Al Husaini menyebutkan peristiwa Hijrah terjadi pada bulan Juli.
Haekal menyatakan Rasullullah tiba di Madinah hari Jumat. Sesungguhnya bulan
Juli adalah tahun baru 1 Muharram 1 H yang jatuh pada hari Jumat, 16 Juli 622.
Puasa Ramadhan mulai diwajibkan pada hari Senin 2 Sya’ban 2 H atau 30
Januari 624 M. Itu berarti puasa Ramadhan pertama terjadi pada bulan
Februari-Maret, dengan suhu yang relatif sejuk dan panjang hari termasuk normal
(panjang siang hari sekitar 12 jam). Menurut analisis astronomis, selama
Rasulullah hidup hanya 9 kali beliau berpuasa, 6 kali selama 29 hari dan hanya
3 kali selama 30 hari. Puasa pertama selama 29 hari.
Riwayat tentang perang Badar tidak konsisten dari segi hari dan
tanggalnya. Menurut beberapa pendapat, perang Badar terjadi hari Jumat 17
Ramadhan 2 H. Sesungguhnya 17 Ramadhan 2 H jatuh pada hari Selasa 13 Maret
624. Tanggal 17 Ramadhan yang jatuh pada
hari Jumat terjadi pada tahun 1 H yang bertepatan dengan 25 Maret 623. Namun,
dikonfirmasikan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya, tidak mungkin hal itu
terjadi pada tahun pertama hijriyah. Jadi, riwayat yang menyatakan perang Badar
terjadi pada hari Jumat, tidak akurat menyebutkan harinya.
Perang Uhud yang memberikan pelajaran berharga akan pentingnya ketaatan kepada
perintah Rasul terjadi pada 15 Syawal 3 H atau hari Ahad 31 Maret 625. Pada perang
tersebut kemenangan berbalik menjadi kekalahan ketika pasukan pemanah yang diperintah
Rasulullah tidak taat untuk tetap di tempat. Walaupun demikian kedua belah pihak
sama-sama menderita korban yang besar. Kemudian Abu Sufyan ketika hendak meninggalkan
medan perang
menantang untuk berperang kembali di Badar.
Ternyata perang Badar Shugra (Badar kecil) yang terjadi pada Sya’ban 4 H
(Januari 626) saat musim paceklik tidak jadi berlangsung karena Abu Sufyan
merasa ketakutan dan menarik pasukannya kembali ke Mekah (QS 3:172-174).
Mungkin pada peristiwa inilah, yang terjadi sebelum Ramadhan, Rasulullah
menyatakan bahwa mereka baru pulang dari perang yang kecil menuju jihad yang
besar, jihadunafs, jihad melawan hawa nafsu pada puasa Ramadhan yang menjelang
tiba.
Berbeda dengan perang Badar kubra dan perang Uhud yang terjadi pada awal
musim semi, perang Khandaq terjadi pada musim dingin saat krisis pangan dan
perang Tabuk pada akhir musim panas yang sangat terik. Perang Khandaq (parit)
terjadi pada bulan Syawal 5 H (Februari 627). Saat itu kaum Muslimin yang
membentengi diri dengan parit di sekeliling Madinah dikepung selama 3 pekan.
Kaum musyrikin menghentikan pengepungannya setelah diporak porandakan oleh
badai yang sangat dingin.
Perang Tabuk terjadi pada bulan Rajab 9 H (Oktober 630). Hadits dan
Alquran (QS 9:81) menceritakan perjuangan yang berat di tengah cuaca yang
sangat terik menghadapi ancaman tentara Rumawi. Sebagian penulis sejarah
meragukan peristiwa tersebut terjadi pada bulan Oktober yang dianggapnya sudah
memasuki musim dingin, yang berbeda dari ungkapan dalam hadits atau Alquran.
Tapi sesungguhnya pada bulan itu suhu mendekati 30 derajat pada siang hari
bukan hal yang mustahil dalam perjalanan dari Madinah ke Tabuk (dekat Jordan).
Hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah ditandai dengan turunnya QS 5:3
yang menyatakan bahwa Allah telah menyempurkan agama Islam dan meridlainya.
Ayat itu turun saat wukuf di Arafar 9 Dzulhijjah 10 H yang bertepatan dengan
Jumat 6 Maret 632. Mungkin ini berkaitan dengan sebutan haji akbar bila
wukufnya jatuh pada hari Jumat.
Tiga bulan setelah turunnya ayat tersebut Rasulullah wafat pada 12 Rabi’ulawal 11 H. Analisis astronomis
menyatakan 12 Rabiþulawal mestinya jatuh pada hari Sabtu 6 Juni 632. Namun
banyak yang berpendapat Rasulullah wafat pada hari Senin, itu berarti tanggal 8
Juni 632. Perbedaan dua hari tidak dapat dijelaskan akibat terjadinya istikmal (penggenapan
menjadi 30 hari) bulan Shafar. Mungkin yang terjadi adalah ‘kelalaian’ masal dalam penentuan awal bulan
akibat kesedihan ummat yang mendalam menghadapi Rasul yang dicintainya
menderita sakit sejak bulan Shafar.
Terlepas dari þkelalaianþ tersebut ada hal yang menarik tentang hari
Senin 12 Rabi’ulawal tersebut. Apakah suatu kebetulan atau muþjizat Rasulullah
SAW, ternyata beberapa peristiwa penting jatuh pada hari Senin 12 Rabiþulawal.
Konsistensi hari dan tanggal membuktikan bahwa Rasulullah lahir, hijrah, dan
wafat terjadi pada hari dan tanggal tersebut. Walaupun tidak banyak yang
bersepakat, pengangkatan sebagai Nabi saat menerima wahyu pertama kali dan
peristiwa Israþ Mi’raj mungkin pula terjadi pada hari dan tanggal tersebut.